Propinsi  Maluku beberapa tahun lalu tepatnya sejak tahun 1998 sampai dengan tahun 2010 terjadi kerusuhan sosial yang  berkepanjangan antara etnis, suku, ras, agama antara masyarakat Maluku sendiri dengan masyarakat pendatang bukan orang maluku sehingga  mengakibatkan terjadi korban jiwa dan kerugian harta benda yang tidak sedikit dan traumatik psikologi yang mendalam sampai saat ini.

Secara geografi dan demografi propinsi maluku terdiri dari sebelas ( 11) kabupaten dan kota  salah satunya yaitu Kabupaten MTB Maluku tenggara barat yang ibu kotanya Saumlaki memiliki penduduk kurang lebih 200 000 orang terdiri dari sepuluh (10)  kecamatan penduduknya merupakan kab yang berbatasan langsung dengan Negara Australia dan Negara Timor Leste.

Berdirinya Kabupaten MTB Maluku Tenggara Barat pada tahun 2000 adalah hasil pemekaran wilayah oleh Pemerintah daerah provinsi Maluku sejak kerusuhan maluku itu terjadi sehingga masyarakat dari maluku yang berdiam di pulau ambon pulau seram dan sekitarnya yang mengalami kerusuhan sosial tersebut dapat berdiam dan mempertahankan hidupnya dengan bercocok tanam, mencari ikan sebagai mata pencarian pokok mereka.

Kecamatan Kormomolin  adalah salah satu dari 10 kecamatan yang berlokasi di kab MTB  tepatnya di tengah pulau Tanimbar, salah satunya Desa Lorwembun tempat berdiam 16 anak SD, SMP, SMA bersama keluarga (Orang Tua)  prasejahtera / miskin, yang kurang mampu, secara sosial dapat diinformasikan sbb:

1.      Pekerjaan Orang tua calon adalah Petani ladang  dan Nelayan tradisional.

2.      Penghasilan tidak tetap dan di bawa standar hidup layak ( Rp 0 sd 10.000 / hari).

3.      Pendidikan Orang tua  tidak tamat sekolah menengah atas SMTA (putus sekolah karena              faktor ekonomi keluarga).

4.      Memiliki banyak anak lebih dari dua anak.

5.      Tempat tinggal /Rumah  80 % rumah tradisional (atap daun sagu,dinding rumah                        papan/bambu, lantai tanah/pasir).

6.      Komunikasi dengan orang tua mereka dengan bahasa indonesia dan bahasa daerah                  setempat tanimbar dan ambon.

7.      Listrik tidak ada.

8.      Jalan raya yang digunakan dari desa Lorwembun menuju ke Kota Saumlaki kurang lebih          60 km aspal sebagian dan sebagian tanah.

9.      Perjalanan dari Jakarta – ambon – Saumlaki, bisa dengan  pesawat terbang dan Kapal                  laut.

10. Di kecamatan Kormomolin / Desa Lorwembun tidak ada sinyal / komunikasi telephon                 genggam dan telphon rumah / telkom tidak ada, juga belom ada Bank, hanya bisa di kota           Saumlaki.

11. Catatan : Data 16 orang anak dari desa Lorwembun ini sebagai contoh awal penggagas dan       masih banyak desa dan kecamatan di MTB/ Maluku yang bernasib sama bahkan lebih               buruk lagi dari yang kami sajikan ini.

Demikian data dan informasi ini yang bisa kami berikan semoga kita semua anak bangsa terpanggil untuk dapat berbagi dengan saudara-saudara kita di maluku khususnya membantu generasi muda yang hidup dalam kemiskinan di bumi Nusantara ini agar tidak putus sekolah seperti Orang Tua mereka dan menjadi manusia yang berguna bagi dirinya, daerah serta bangsanya.

Jika kamu tertarik menjadi orang tua asuh dapat langsung mendaftar ke

CP : Ibu Intan (Intans@Binus.edu / intansetiadi@yahoo.com)

Rek,TFI

BCA 527 027 4899

Atas nama Univ.Bina Nusantara

_____________________________________________________________________________________________________

Foster parents

Maluku Province a few years ago precisely from 1998 to 2010 there was a prolonged social unrest between ethnicity, ethnicity, race, religion between the Moluccans themselves and non-poor migrant communities resulting in fatalities and property losses that were not small and traumatic deep psychology to date.

Geographically and demographically the Maluku province consists of eleven (11) districts and cities, one of which is the MTB of the southeastern Maluku, the capital of Saumlaki, which has a population of approximately 200 000 people, consisting of ten (10) subdistricts, the population of which is directly adjacent to the State of Australia. and the State of Timor Leste.

The establishment of the West Maluku Southeast Maluku District in 2000 was the result of regional division by the Maluku provincial government since the Maluku riots occurred so that the people of Maluku who lived on Ambon Island Seram Island and its surroundings which experienced social unrest could settle down and sustain their lives by farming, fishing as their main livelihood.

Kormomolin Subdistrict is one of 10 sub-districts located in the district of MTB precisely in the middle of Tanimbar Island, one of them is Lorwembun Village, where 16 elementary, junior high, high school students with poor families (Parents) are disadvantaged / poor, the poor can be socially informed as follows:

  1. Occupation The prospective parents are farm farmers and traditional fishermen.
  2. Income is not fixed and brought a decent standard of living (Rp. 0 to 10,000 / day).
  3. Education Parents do not graduate from high school (high school dropouts due to family economic factors).
  4. Having more children than two children.
  5. Housing / Houses 80% of traditional houses (sago leaf roofs, planks / bamboo walls, dirt / sand floors).
  6. Communication with their parents with Indonesian and the local language of Tanimbar and Ambon.
  7. There is no electricity.
  8. The highway used from the village of Lorwembun to Saumlaki City is about 60 km asphalt partly and partly on land.
  9. Travel from Jakarta – Ambon – Saumlaki, can be by plane and ship.
  10. In Kormomolin sub-district / Lorwembun Village there is no cellphone / telephon communication / communication and no telephone / home telephones, nor have a bank, only in the city of Saumlaki.
  11. Note: Data on 16 children from Lorwembun village is an early example of the initiator and there are still many villages and subdistricts in MTB / Maluku who have the same fate and are even worse than what we have presented.

Thus this data and information that we can provide, hopefully all of us, the children of the nation, are called to be able to share with our brothers and sisters in Maluku, especially helping young people living in poverty on the archipelago so as not to drop out of school like their parents and become useful humans for himself, the region and his people.

If you are interested in becoming a foster parent, you can directly register

CP: Ibu Intan (Intans@Binus.edu / intansetiadi@yahoo.com)

TFI Bank Account:

BCA 527 027 4899

In the name of Univ.Bina Nusantara